Metode Dakwah Mauidzah Nabi Muhammad SAW Dalam Perspektif Hadits

 


Nur Alifa Saharani Romadhoni

Email: 04020121060@student.uinsby.ac.id

 

Abstrak: Metode Dakwah menjadi bagian penting dalam penyebaran islam. Dalam berdakwah atau menyebarkan islam, umat muslim menjadikan Nabi Muhammad SAW menjadi panutan. Di mana Nabi telah mempunyai pengalaman berdakwah saat berada di Kota Mekkah dan Madinah. Dalam berdakwah pun Nabi tidak pernah memaksa umat non muslim untuk memaksa mengikuti ajarannya, terlebih pada dakwah yang Nabi lakukan dibawakan dengan damai dan sangat menghindari hal-hal jenuh yang akan dirasakan umatnya karena nabi menggunakan tehnik mauidzah. Sehingga dalam hal ini akan dikaji dakwah mauidzah Nabi Muhammad SAW dalam perspektif hadits.

Kata Kunci: Metode Dakwah, Dakwah Mauidzah, Hadist Dakwah Nabi

 

Pendahuluan

Nabi Muhammad adalah penyempurna syariat dari masa nabi-nabi sebelum beliau dan sekaligus menjadi penutup dari para nabi yang diutus oleh Allah di muka bumi. Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah kenabian untuk pembinaan masyarakat terbagai menjadi dua periode yaitu periode Mekah dan periode Madinah. Setiap periode dakwah Nabi Muhammad tersebut mempunyai karakteristik tersendiri sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang berbeda. Sehingga Nabi Muhammad memiliki cara atau metode tersendiri dalam menyampaikan dakwahnya agar mudah diterima.

Dalam Al-Qur’an surah An-Nahl (16:125) menyebutkan beberapa metode yang bisa dipakai untuk menyerukan islam yakni dengan cara hikmah, mauizhah hasanah, dan mujadalah yang ahsan. Semua metode tersebut sifatnya pilihan sehingga akan sangat mungkin digunakan salah satu atau beberapa metode dalam suatu kegiatan dakwah. (Aep Kusnawan, 2016: 14).[1]

Perlu dipahami bahwa dakwah pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan   kebahagiaan   dan   kesejahteraan  hidup  di  dunia  dan  di  akhirat  sesuai  dengan  tuntunan  ajaran  Islam.  Dakwah  Islam,  dengan  demikian,  merupakan  sebuah  ajakan   atau   seruan   kepada   umat   manusia   untuk   melaksanakan   kebajikan,  menyebarkan  kebaikan  dan  menghindari  kemungkaran  sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imron [3]: 104.[2]

Oleh karena itu, pada kesempatan ini akan dikaji mengenai metode dakwah yang dipakai Nabi Muhammad yakni Mauizhah Hasanah, agar para da’I bisa mengimplementasikannya pada pesan dakwhanya dengan tujuan apa yang disampaikan dapat diterima secara mudah seperti dakwah Nabi Muhammad.

Pembahasan

A, Metode Dakwah Mauidzah Hasanah Nabi

Lois Ma’luf dalam Munjidfial-Lughah wa A’lam Menjelaskan bahwa Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’izhah hasanah, kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza ya’idzu wa’dzan ‘idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebaikan fansayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.

Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain: 1) Menurut Hasanuddin dalam “Hukum Dakwah” yang dikutip oleh Wahidin Saputra adalah sebagai berikut “Al-Mau’izhah al-Hasanah” adalah (pekataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur’an”. 2) Selain itu menurut Abdul Hamid al Bilali dalam Fiqh ad Dakwah fi Inkar al-MungkarAl- yang dikutip oleh Wahidin Saputra: Mau’izhah al-Hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.[3]

Mauidzah hasanah sebagai metode dakwah adalah mengajak manusia dengan memberi pelajaran dan nasihat yang baik, yang dapat membangkitkan semangat untuk mengamalkan syari’at islam. Aplikasi metode ini, bisa berupa bahasa lisan, tulisan, percontohan (suri tauladan).[4]

B. Hadits Tentang Dakwah Nabi

1.  HR. Bukhari: 88

صحيح البخاري ٨٨: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلَاةَ مِمَّا يُطَوِّلُ بِنَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ يَوْمِئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهِمْ الْمَرِيضَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ

Shahih Bukhari 88: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir berkata: telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Abu Al Mas'ud Al Anshari berkata: Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang." Maka aku belum pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: "Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barangsiapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah. Karena diantara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan.

2. HR. Bukhari: 5938

صحيح البخاري ٥٩٣٨: حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ مُنْذِرٍ عَنْ رَبِيعِ بْنِ خُثَيْمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا

Shahih Bukhari 5938: Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadll telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Sufyan dia berkata: telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Mundzir dari Rabi' bin Khutsaim dari Abdullah radliallahu 'anhu dia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan menggaris tengah dipersegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut, serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut. Lalu beliau bersabda: 'Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah mengitarinya atau yang mengelilinginya dan yang di luar ini adalah cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya, jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainya.'"

3. HR. Muslim: 5047

صحيح مسلم ٥٠٤٧: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ قَالَ

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ بَابِ عَبْدِ اللَّهِ نَنْتَظِرُهُ فَمَرَّ بِنَا يَزِيدُ بْنُ مُعَاوِيَةَ النَّخَعِيُّ فَقُلْنَا أَعْلِمْهُ بِمَكَانِنَا فَدَخَلَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ خَرَجَ عَلَيْنَا عَبْدُ اللَّهِ فَقَالَ إِنِّي أُخْبَرُ بِمَكَانِكُمْ فَمَا يَمْنَعُنِي أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ ح و حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَزَادَ مِنْجَابٌ فِي رِوَايَتِهِ عَنْ ابْنِ مُسْهِرٍ قَالَ الْأَعْمَشُ وَحَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ مِثْلَهُ

Shahih Muslim 5047: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abu Mu'awiyah. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dan teks hadits miliknya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Syaqiq berkata: Kami duduk di dekat pintu Abdullah seraya menantinya, lalu Yazid bin Mu'awiyah An Nakha'i melewati kami, kami berkata padanya: Beritahukan keberadaan kami padanya. Ia masuk, tidak lama kemudian Abdullah keluar lalu berkata: Aku telah diberitahu keberadaan kalian dan tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian kecuali karena aku tidak ingin membuat kalian jemu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mengatur (penyampaian) nasehat bagi kami dalam beberapa hari karena khawatir kami jemu. Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al Asyuj telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris. Telah menceritakan kepada kami Minjab bin Al Harits At Taimi telah menceritakan kepada kami ibnu Mushir. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ali bin Khaysram keduanya berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Isa bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan, semuanya dari Al A'masy dengan sanad ini dengan matan serupa. Minjab menambahkan dalam riwayatnya: Dari Ibnu Mushir. Al A'masy berkata: Telah menceritakan kepadaku Amru bin Murrah dari Syaqiq dari Abdullah sepertinya.

4. HR. Muslim: 5048

صحيح مسلم ٥٠٤٨: و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ شَقِيقٍ أَبِي وَائِلٍ قَالَ

كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُنَا كُلَّ يَوْمِ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّا نُحِبُّ حَدِيثَكَ وَنَشْتَهِيهِ وَلَوَدِدْنَا أَنَّكَ حَدَّثْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ فَقَالَ مَا يَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهِيَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

Shahih Muslim 5048: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengkhabarkan kepada kami Jarir dari Manshur. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar, teks hadits miliknya, telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Iyadh dari Manshur dari Syaqiq Abu Wa`il berkata: Abdullah menyampaikan nasehat untuk kami setiap hari kamis lalu seseorang berkata padanya: Hai Abu Abdurrahman, kami menyukai penyampaianmu. Kami ingin kau menceritakan kepada kami setiap hari. Abdullah berkata: Tidak ada yang menghalangiku untuk menceritakan kepada kalian selain karena aku tidak ingin membuat kalian jemu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mengatur (penyampaian) nasehat pada kami dalam beberapa hari karena tidak mau membuat kami jemu.

5. HR. Tirmidzi: 2783

سنن الترمذي ٢٧٨٣: حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفَاعِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ قَالَ

سُئِلَتْ عَائِشَةُ وَأُمُّ سَلَمَةَ أَيُّ الْعَمَلِ كَانَ أَحَبَّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتَا مَا دِيمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دِيمَ عَلَيْهِ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ بِمَعْنَاهُ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Sunan Tirmidzi 2783: Telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Ar Rifa'I telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail dari Al A'masy dari Abu Shalih ia berkata: 'Aisyah dan Ummu Salamah pernah ditanya tentang amalan apakah yang paling disukai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" keduanya menjawab: "Amalan yang dilakkukan secara terus menerus sekalipun sedikit." Abu Isa berkata: Dari jalur ini, hadits ini hasan gharib. Dan telah diriwayatkan dari Hisyam bin 'Urwah dari Ayahnya dari 'Aisyah bahwa dia berkata: "Amalan yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus." Harun bin Ishaq Al Hamdani telah menceritakan yang demikian kepada kami, telah menceritakan kepada kami 'Abdah dari Hisyam bin 'Urwah dari Ayahnya dari 'Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan matan hadits yang semakna dengannya, hadits ini hasan shahih..

Beberapa hadits diatas merupakan cerminan perilaku dan tata cara Nabi Muhammada SAW dalam menyampaikan Mauidzhah Hasanah atau nasihat kepada umatnya. Berikut aspek yang diperhatikan dalam menyampaikan nasehatnya: 

1. Dalam penyampaian harus hati-hati dan mempersiapkan pesan yang akan disampaikan dengan baik pada hari sebelumnya.

2. Memperhatikan keadaan Mad’u atau audien, sehingga kita tahu dalam menampaikan pesan dakwah yang mudah diterima dan didengar oleh mereka.

3. Nasehat yang diberikan haruslah sederhana, tidak bertele-tele, karena Nabi Muhammad mengatakan dalam menyampaikan nasehat jangan membuat mad’u atau audien jenuh.

4. Apa yang dikerjakan hendaknya terus-menerus atau konsisten, semisal berdakwah maka kita harus siap melakukannya tidak hanya sekali tapi secara terus menerus.

 Metode dakwah Nabi tersebut dapat kita implementasikan pada kegiatan dakwah kita. Berdakwah tidak hanya sekedar menyampaikan pesan, akan tetapi berdakwah memiliki tujuan mengajak umat muslim kepada jalan yang benar. Maka dari itu, pendakwah perlu memperhatikan aspek-aspek tersebut, yaitu mempesiapkan jauh jauh hari untuk kematangan pesan yang akan disampaikan, memperhatikan keadaan mad’u agar bisa diterima dengan mudah oleh mad’u serta tidak membuat mereka jenuh, dan melakukan dakwah secara konsisten   

Kesimpulan

Mauidzah hasanah sebagai metode dakwah adalah mengajak manusia dengan memberi pelajaran dan nasihat yang baik, yang dapat membangkitkan semangat untuk mengamalkan syari’at islam. Aplikasi metode ini, bisa berupa bahasa lisan, tulisan, percontohan (suri tauladan).

aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam berdakwah seperti yang terkandung dalam hadits-hadits diatas yakni mempesiapkan jauh jauh hari untuk kematangan pesan yang akan disampaikan, memperhatikan keadaan mad’u agar bisa diterima dengan mudah oleh mad’u serta tidak membuat mereka jenuh, dan melakukan dakwah secara konsisten        

 

Daftar Pustaka

Rahmatilla, Eka. Dakwah Mauidzah Hasanah: Studi deskriftif dakwah oleh KH. Fathullah Manshur dalam kegiatan pengajian Ahad di Masjid Raudhatul Irfan Sukabumi. Diss. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2017.

Huda, Zainol. "Dakwah Islam Multikultural (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat Agama Lain)." Religia (2016): 89-112.

Saputra, Wahidin. “Pengantar Ilmu Dakwah,” Rajagrafindo Persada, Jakarta (2011)..

Mahardika, Lukman Hakim. PELAKSANAAN METODE DAKWAH MAUIDZAH HASANAH OLEH PENGASUH DALAM MENUMBUHKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR TROSO PECANGAAN JEPARA. Diss. STAIN Kudus, 2017.

 

 



[1] Rahmatilla, Eka. Dakwah Mauidzah Hasanah: Studi deskriftif dakwah oleh KH. Fathullah Manshur dalam kegiatan pengajian Ahad di Masjid Raudhatul Irfan Sukabumi. Diss. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2017. Hal 2.

[2] Huda, Zainol. "Dakwah Islam Multikultural (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat Agama Lain)." Religia (2016): 89-112.

[3] Wahidin Saputra, 2011, Pengantar Ilmu Dakwah, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm 251.

[4] Mahardika, Lukman Hakim. PELAKSANAAN METODE DAKWAH MAUIDZAH HASANAH OLEH PENGASUH DALAM MENUMBUHKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR TROSO PECANGAAN JEPARA. Diss. STAIN Kudus, 2017, hal 8.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS RIWAYAT BUKHARI TENTANG KHUTBAH DI AROFAH

Menghindari Model Dakwah yang Menimbulkan Kejenuhan Ala Rasulullah